Selasa, 04 Januari 2011

MALAM SETELAH BULAN PERGI

MALAM SETELAH BULAN PERGI
Oleh :Mindiya


Warna jingga mulai menghiasi langit yang dari tadi pagi berwarna biru.lengkungan kuningpun mulai nampak di antara selipan awan yang mulai gelap.Matahari telah kembali keperaduannya setelah seharian menyinari bumi yang sangat indah olehnya.Kicau populasi burung pun mulai terdengar bercanda seirama kumandang azan yang terdengar dari arah barat.Suasana mulai gelap, hening mulai mencekram di antara selipan angin yang berhembus.Suara jangkrik pun mulai beradu di tengah keheningan.Seperti biasa gadis itu lagi- lagi sedang duduk di bangku panjang yang tepat berada di samping rumah yang kuanggap tak berpenghuni itu .Setiap sore gadis itu memang selalu duduk sendiri dan kadang- kadang aku melihatnya berbicara atau tertawa sendiri.Aku sempat berpikir kalau dia punya gangguan jiwa tetapi setiap aku berpikir seperti itu, aku langsung menghapusnya dari pikiranku.Aku tak mau berpikiran yang tidak- tidak tentang seseorang.Apalagi kalau aku belum tahu pasti kebenarannya.
Sampai lupa, namaku Ranaya Aditya.Aku baru saja pindah di kota Makassar ini.Maklum saja ayahku seorang tentara yang tiap dua atau lima tahun sekali pindah tugas.Aku dan ibuku selalu setia menemani ayah di mana pun ia di tugaskan.Aku dan ibu tidak pernah mengeluh apabila ayah lagi- lagi pindah tugas.Karena menurut aku dan ibu itulah risiko menjadi seorang istri dan anak dari pahlawan Negara itu.Aku sangat bangga pada ibuku, dia adalah sosok wanita sempurna yang aku kagumi apalagi ayahku.Bagiku, ayahku adalah orang yang paling tampan dan hebat.Aku sangat bangga pada mereka berdua.Kadang- kadang aku bosan kalau setiap hari ayah selalu saja punya kata-kata atau pujian yang membuat ibu tersenyum malu.
Hidupku memang sangat sederhana.Aku bukan berasal dari keluarga kaya tetapi aku sangat bahagia dan merasa sempurna memiliki segalanya, seorang ayah dan ibu yang sangat sayang padaku.Sekarang aku berumur 14 tahun dan seperti anak- anak remaja lainnya aku ingin punya teman bermain seusiaku juga .Tetapi entah mengapa aku sudah tinggal di kota Makassar ini sekitar satu bulan tetapi aku belum melihat dan menemukan anak perempuan seusiaku.Kecuali gadis aneh tetanggaku itu.Gadis itu selalu membuatu penasaran.Terkadang aku berniat menyapanya kalau aku lewat di depannya, tetapi kadang- kadang niat itu hilang seiring dengan mulai munculnya pikiranku yang aneh- aneh tentangnya.Aku memang suka berimajinasi tingkat tinggi sampai- sampai terbawa di kehidupanku sendiri.
Malam ini sudah ke tigapuluhlima kalinya aku melihat gadis itu lagi- lagi duduk sendiri di bangku panjang itu.Dia duduk sambil mengurai rambut panjangnya yang nampak tidak terawat.Gadis itu duduk dengan tatapan kosong dan seolah-olah ada sesuatu yang dia pikirkan.Tak sesekali dia memetik bunga melati yang tumbuh di sampingnya dan menyelipkannya di daun telinganya sambil bernyanyi yang kadang- kadang nyanyiannya itu membuatku merinding.Aku sempat berpikir apa gadis itu adalah drakula atau sejenis hantu, karena aku hanya dapat melihat gadis itu di malam hari saja setelah matahari terbenam.Aku berkata seperti itu karena ketika matahari mulai terbit aku tak pernah melihat gadis itu keluar rumah.Aku juga tak pernah melihat seseorang keluar dari rumahnya.Aku juga berpikir kalau dia hanya tinggal seorang diri di rumah yang besar tetapi nampak seperti rumah tak berpenghuni itu.Jelas saja aku mengatakan seperti itu, pekarangan rumahnya saja selalu nampak kotor dengan dedaunan kering belum lagi kalau malam hari rumah itu seperti tidak ada listriknya.Tak satupun cahaya dari luar yang nampak dari rumah itu.Aku pikir itu seperti rumah hantu.
Aku sangat penasaran sama gadis itu.Rasa penasaranku ini juga aku ungkapkan pada ibu, tetapi ibu selalu saja menganggap kalau aku hanya berimajinasi tingkat tinggi.Aku merasa ada sesuatu yang aneh pada gadis itu.Akhirnya teka-teki itu mulai terungkap satu persatu.Teka-teki itu mulai terungkap berawal dari sore itu.Sore itu aku mengajak anak tetanggaku yang umurnya sekitar tiga tahun bermain di halaman rumahku.Tiba-tiba saja bola yang kami mainkan bergulir ke arah rumah gadis aneh itu.Cepat-cepat aku berlari hendak mengambil bola itu.Tetapi langkahku berhenti ketika melihat gadis aneh itu keluar dari rumah besar yang ku katakan tak berpenghuni itu.
Kulangkahkan kakiku berjalan ke arahnya.Aku melangkah penuh keraguan tetapi aku tak boleh berhenti melangkah jika aku ingin memecahkan teka- teki yang selama ini aku cari- cari.Langkahku kemudian berhenti tepat di hadapan gadis aneh itu.Aku mulai gemetaran ketika gadis itu menatapku dengan tatapan kosong tetapi sangat tajam.Gadis itu mendekatiku dan berdiri hanya berjarak kira- kira 10 cm dari hadapanku.Gadis itu kemudian memegang pipiku tanpa berkata apa- apa.Aku kemudian menepisnya dan dia mulai ketakutan denganku.Dia kembali duduk di atas bangku panjang itu sambil mengangkat kakinya di atas bangku dan melipatnya sambil meringkup ketakutan.Akupun mulai mendekatinya dan menenangkannya.Aku berusaha meyakinkannya kalau aku tak berniat jahat padanya.
“Kamu kenapa?”, tanyaku padanya.Tetapi dia hanya diam saja.Aku mulai mendekatinnya dan menggenggam tangannya yang kurasa sangat dingin seperti es.
“Namaku Naya, aku tidak berniat jahat padamu.Percayalah padaku, aku bukan orang jahat.Nama kamu siapa?”, tanyaku lagi.
Mendengarku berkata seperti itu,dia kemudian menatapku dan lagi- lagi memegang pipiku sambil berkata.
“Kamu cantik”, kata gadis itu padaku sambil tersenyum.
Itu senyum pertama yang aku lihat dari bibir gadis itu.Senyum itu nampak begitu tulus namun di balik senyum itu ada sesuatu yang membuat gadis itu takut dan khawatir.Dari senyumnya nampak dia menyembunyikan kesedihannya.
“Nama kamu siapa?”, tanyaku lagi padanya.
“Nama?”, Tanya gadis itu.
“Iya, nama kamu siapa?”
“Namaku, namaku, namaku.”Gadis itu nampak bingung ketika kutanyakan namanya.Dia seperti orang yang kehilangan ingatan seolah- olah dia tidak ingat siapa namanya sendiri.
“Aku tidak punya nama.”Kata gadis itu.
“Kamu nggak punya nama?,(tanya Naya dengan sedikit keheranan).Kamu ini bercanda, masa sih kamu nggak punya nama”.
“Aku sama kamu beda”, kata gadis itu.
“Beda?aku nggak ngerti deh.”Tetapi gadis itu hanya diam saja menatapku dengan penuh arti.Tatapannya itu seolah- olah meminta bantuan padaku.Tetapi aku tak mengerti apa yang terjadi pada gadis aneh yang baru saja ku kenal itu.
“ya udah, gimana kalau aku manggil kamu Bulan aja,”kataku padanya.
“Bulan?nama yang bagus.”Gadis itu lagi- lagi tersenyum dan tiba- tiba memelukku.Dia memelukku sangat erat seolah memberi pesan padaku untuk tidak meninggalkannya.
Tiba- tiba saja aku melepaskan pelukannya ketika kudengar suara ibu memanggilku untuk makan malam.Kutatap Bulan dan memberikannya pengertian.Awalnya Bulan tidak mau melepaskan genggaman tangannya dari tanganku.Tetapi aku memberi pengertian padanya dan aku berjanji akan datang lagi dan bermain bersamanya besok.Akhirnya dia melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan aku meninggalkannya.Aku melangkahkan kakiku ke arah rumah.Setiap dua atau tiga langkah aku berbalik menatap Bulan yang masih melekatkan pandangannya ke arahku.Melihat tatapannya seolah aku merasakan apa yang dia rasakan dan apa yang dia pendam.
Sesampainya di rumah aku menceritakan kepada ibu dan ayah tentang gadis aneh yang baru saja kuberi nama Bulan itu.Dan menceritakan kepada ibu tentang ada sesuatu yang membuat gadis itu selalu nampak ketakutan.Tetapi seperti biasa ayah dan ibu hanya menganggap kalau itu hanya imajinasiku yang tingkat tinggi.Tetapi aku tidak peduli apa ayah dan ibu percaya padaku atau tidak.Yang jelasnya aku harus cari tahu kenapa Bulan tumbuh menjadi anak yang berbeda dengan anak pada umumnya.Dan kau harus membuktikan bahwa khayalanku tentang dirinya bahwa dia adalah sebuah kloning itu salah.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah aku menyempatkan diri bermain di rumah Bulan.Walaupun aku tahu Bulan tidak pernah nampak apabila matahari telah terbit, tetapi aku yakin kalau Bulan pasti ada di rumah.Aku kemudian mengetuk pintu rumah Bulan, setelah lama aku menunggu, tiba-tiba saja keluar seorang wanita tua yang kira-kira umurnya sekitar lima puluh tahunan.Wanita itu menatapku dan menanyakan maksud kedatanganku ke rumahnya.Akupun mengatakan padanya tentang maksudku yang ingin menemui Bulan.
“oh…kamu mau bertemu dengan non kloning?”, Tanya wanita itu.Mendengar wanita itu menyebut Bulan dengan sebutan kloning, banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku.Kloning?apa maksud wanita itu memanggil Bulan dengan sebutan kloning.Terlintas lagi dipikiranku tentang dugaanku bahwa Bulan adalah sebuah kloning .
Setelah kukemukakan maksud kedatanganku, wanita itu tidak mengizinkanku bertemu dengan Bulan.Tetapi aku terus memaksa untuk bertemu Bulan.Tiba-tiba saja Bulan berteriak dari dalam menyuruh wanita itu untuk mempersilahkanku masuk.Kemudian aku masuk ke dalam rumah yang kukatakan tak berpenghuni itu.Benar apa yang seperti aku bayangkan, rumah itu nampak tak berpenghuni.Jelas saja setiap sudut di ruangan rumah itu nampak sangat gelap tak kutemukan satupun penerangan seperti lampu.Suara Bulan tiba-tiba mengejutkanku dan membuyarkan sejumlah pertanyaan di kepalaku setelah kutemukan banyak keganjilan pada Bulan dan rumah itu.
“Wanita tadi itu siapa?”, tanyaku.
“Oh dia adalah orang yang mengurus aku sejak kecil,”jawab Bulan.
Aku mengajak Bulan untuk keluar bermain.Namun Bulan menolak ajakanku itu.Pertanyaan aneh-aneh itu kembali muncul di pikiranku.kemudian aku memberanikan diri bertanya kepada Bulan tentang sejumlah keanehan pada dirinya.
“Kenapa sih kamu nggak mau main sama aku di luar?kamu nggak suka main ama aku?”
“Bukan begitu.”
“Terus kenapa kamu nggak mau main bersamaku di luar?”, desakku pada Bulan.
“Dari kecil aku punya kelainan, mataku tidak bisa kena sinar matahari langsung.”
“Oh, kamu sakit ya?pantas saja aku tak pernah melihatmu saat matahari telah terbit”, kataku pada Bulan.Tetapi Bulan hanya diam saja.Sepertinya ada sesuatu yang aneh dalam kehidupan Bulan.
“Aku takut”,kata Bulan padaku.
“kamu takut karena apa?”
Tetapi dia hanya diam saja tanpa memberikan jawaban sedikitpun padaku.Aku menatapnya dan berusaha menggapainya dan mendekapnya dengan erat.Kurasakan getaran jiwanya yang ketakutan.Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi padanya.Tetapi aku tak mau banyak bertanya padanya, aku takut kalau pertanyaanku itu akan menbuatnya tidak nyaman.kemudian ku lepaskan dekapanku dan menatapnya dengan penuh tanya.Dalam beberapa waktu yang cukup lama kami hanya terdiam dan tiba-tiba dia kembali mendekapku dan memberiku liontin berbandul bulan.Entah mengapa aku merasa bahwa pertemuanku waktu itu bersama Bulan adalah pertemuanku yang terakhir.Tetapi aku menepis perasaan itu karena mungkin aku terlalu banyak berkhayal yang tidak-tidak.Tetapi dekapan erat Bulan membuatku merasa ada yang aneh.Dia mendekapku begitu erat sampai-sampai aku sedikit sesak.
Keesokan siangnya aku tidak singgah di rumah Bulan karena aku harus mengerjakan tugas sekolah yang harus kukumpulkan esoknya.Menjelang petang tugasku telah selesai.Aku kemudian menengok dari jendela kamarku namun aku tak melihat Bulan seperti biasanya yang selalu duduk di bangku panjang itu setelah matahari terbenam.Aku merasa aneh dan muncul pertanyaan kenapa Bulan tidak duduk di bangku itu lagi.
Aku sangat penasaran dengan semua itu.Akhirnya untuk menjawab rasa penasaranku itu aku datang ke rumah Bulan keesokan harinya.Tetapi di rumah itu hanya ada wanita tua itu.Wanita tua itu menangis ketika kutanyakan tentang Bulan.Melihatnya menangis aku kemudian bertanya pada wanita tua itu mengapa dia menangis.Kemudian wanita itu menceritakan semua tentang Bulan.Hatiku bagai diris-iris dan aku tak dapat percaya ketika wanita itu mengatakan padaku bahwa Bulan adalah sebuah kloning yang sengaja dibuat untuk menjadi pendonor organ-organnya untuk seorang gadis kaya seusianya yang menderita kanker hati dan leukemia.Aku sungguh tak dapat percaya itu semua.Mana bisa ada seseorang yang membuat kloning yang pada akhirnya akan di bunuh.Bulan juga manusia yang pantas mendapatkan kehidupan yang natural dari Pencipta.Hatiku sangat perih, batinku terasa dipukul batuan besar.Aku tak dapat menahan air mataku.Sungguh tak berkemanusiaan orang yang melakukan itu pada Bulan.Ternyata benar perasaan itu bahwa pertemuan itu adalah pertemuan terakhirku dengan Bulan.Sejak itu tak ada lagi Bulan di malam yang gelap itu.Aku sangat kehilangannya.Dan aku rasa malam juga sangat kehilangan Bulan.Selamat jalan temanku Bulan.Aku yakin kau masih ada di sini bersamaku.Aku yakin sekarang kau tak menjadi Bulan tetapi kau menjadi salah satu bintang yang bersinar terang di setiap malamku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar