Gemerincing koin bertabur
Di tepi kolong langit duniaku
Terik matahari telah menyapa
Dan menerpa jiwa yang tak pernah lelah
Mereka berjalan langkah demi langkah
Menggeser alas dunia
Yang telah akrab dengan suara langkah mereka
Butiran keringat mulai membasahi garis wajah
Dengan ulasan pelangi yang membentang di bibir mereka
Di kala suatu warna yang mereka dambakan telah bersinar
Mereka akan berlari di tengah-tengah kolong dunia
Teriknya matahari menusuk tulang rusuk mereka
Kasarnya debu menyambar pori-pori mereka
Tetapi mereka terus berjalan
Dan mendekap harapan mereka
Tubuh mungil mulai mengetuk kolong dunia
Dengan sekaleng harapan di tangan kanan mereka
Berharap koin demi koin
Menyapa hidup mereka hari ini
Butiran keringat membasahi garis wajah mereka
Dengan ulasan pelangi yang mereka sisipkan
Menyapa hidup yang tak pernah memperdulikan mereka
Tetapi mereka masih tersenyum
Karena itulah mereka yang ku kenal
Malaikat kecil kolong duniaku
Sabtu, 24 September 2011
SENANDUNG PELACUR
Ringkikan jangkrik berdecak piluh
Dalam rerimbuan rumput liar merapuh
Bersuara melantunkan melodi syahduh
Mengusik kehidupan malam yang lusuh
Bergincu merah berpoles kepalsuan
Berjalan tertatih dalam gelap penuh kerinduan
Dia gadis kini tak dikatakan perempuan
Karena dusta mengejar kehidupan
Malam menerjang keheningan kelam
Dia berjalan menggeser hiruk pikuk malam
Diantara diam membisunya katak menyelam
Bersenandung menyembunyikan kehidupan malam
Wajah lusuh kusam tak berdaya
Meratapi keheningan tak bersuara
Berpikir kalau tak begini diakan mati merana
Karena melodi tak berpihak padanya
Dunianya bagai parsel hancur
Hidup kini tak lagi kencur
Melihat fatamorgana sudah kabur
Karena hidupnya bernapas hanya pelacur
Dalam rerimbuan rumput liar merapuh
Bersuara melantunkan melodi syahduh
Mengusik kehidupan malam yang lusuh
Bergincu merah berpoles kepalsuan
Berjalan tertatih dalam gelap penuh kerinduan
Dia gadis kini tak dikatakan perempuan
Karena dusta mengejar kehidupan
Malam menerjang keheningan kelam
Dia berjalan menggeser hiruk pikuk malam
Diantara diam membisunya katak menyelam
Bersenandung menyembunyikan kehidupan malam
Wajah lusuh kusam tak berdaya
Meratapi keheningan tak bersuara
Berpikir kalau tak begini diakan mati merana
Karena melodi tak berpihak padanya
Dunianya bagai parsel hancur
Hidup kini tak lagi kencur
Melihat fatamorgana sudah kabur
Karena hidupnya bernapas hanya pelacur
Jumat, 23 September 2011
28 AGUSTUS 2011
28 AGUSTUS 2011
28 Agustus 2011....
Jiwamu hadir dalam hidupku yang mulai gusar
Menitip pesan dalam mimpiku akan kehadiranmu
Kau hadir dalam mimpi burukku
Yang terpuruk dalam penantian malangku
Dengan kisah serupa kau bercerita
Kalimatmu seolah menari indah di telingaku
Mengantarkanku menuju mimpi indah
Kau terbangkanku ke istana cintamu
Kau rangkul aku di atas singgasana mu
Dan bercerita tentang mimpimu
Kau hadir bagai obat
Sembuhkan luka lama yang tak kunjung sembuh
Kau taburkan aku cahaya cinta
Membuatku menjadi ratu di hatimu
Terima kasih sayang....
28 Agustus 2011....
Jiwamu hadir dalam hidupku yang mulai gusar
Menitip pesan dalam mimpiku akan kehadiranmu
Kau hadir dalam mimpi burukku
Yang terpuruk dalam penantian malangku
Dengan kisah serupa kau bercerita
Kalimatmu seolah menari indah di telingaku
Mengantarkanku menuju mimpi indah
Kau terbangkanku ke istana cintamu
Kau rangkul aku di atas singgasana mu
Dan bercerita tentang mimpimu
Kau hadir bagai obat
Sembuhkan luka lama yang tak kunjung sembuh
Kau taburkan aku cahaya cinta
Membuatku menjadi ratu di hatimu
Terima kasih sayang....
PENGOBAT LUKA
Dalam hening kumelangkah
Seperti bara yang kupijak
Panas membakar kulitku
Seperti berada di padang pasir
Hatiku masih merengek padanya
Jiwaku pun tak mampu melepas kepergiannya
Hingga engkau hadir dalam mimpi burukku
Laksana gunung es yang menyelamatkanku
Dalam hamburan pasir panas yang menusuk jantungku
Engkau tersenyum dalam mimpi
Mengangkat ruhku untuk berpetualang...
Seperti bara yang kupijak
Panas membakar kulitku
Seperti berada di padang pasir
Hatiku masih merengek padanya
Jiwaku pun tak mampu melepas kepergiannya
Hingga engkau hadir dalam mimpi burukku
Laksana gunung es yang menyelamatkanku
Dalam hamburan pasir panas yang menusuk jantungku
Engkau tersenyum dalam mimpi
Mengangkat ruhku untuk berpetualang...
Dalam hening malam membisu
Disela ringkikan jangrik menyapa
Di depan pandang cahaya berlalu
Hanya jendela temanku bercerita
Hanya kibasan gorden kekasih setia yang menghibur
Bibirku bergerak entah berbicara apa
Jantungku berdenyut entah untuk siapa
Kakiku melangkah entah hendak ke mana
Jiwaku merindu, hati pun masih berdusta
Diantara rangkaian bintang malam ini
Kuingin lukis wujudmu di langit yang gelap
Biar tiap sunyi malam menerpa
Engkau masih kulihat walau hanya fatamorgana
Ke mana hatimu kini menuju ku tak peduli
Hatimu kini ada siapa juga aku tak ingin tahu
Namaku kini tak di hatimu lagi, juga tak apa
Namun jika angin tak memberi kabar tentangmu
Kuakan mati merana
Disela ringkikan jangrik menyapa
Di depan pandang cahaya berlalu
Hanya jendela temanku bercerita
Hanya kibasan gorden kekasih setia yang menghibur
Bibirku bergerak entah berbicara apa
Jantungku berdenyut entah untuk siapa
Kakiku melangkah entah hendak ke mana
Jiwaku merindu, hati pun masih berdusta
Diantara rangkaian bintang malam ini
Kuingin lukis wujudmu di langit yang gelap
Biar tiap sunyi malam menerpa
Engkau masih kulihat walau hanya fatamorgana
Ke mana hatimu kini menuju ku tak peduli
Hatimu kini ada siapa juga aku tak ingin tahu
Namaku kini tak di hatimu lagi, juga tak apa
Namun jika angin tak memberi kabar tentangmu
Kuakan mati merana
Guruku…
Dalam gelap hening napas kehidupan
Engkau hadir memercikkan cahaya
Walaupun sesederhana cahaya lentera
Namun kasih dan ilmu yang tertuang
Dari hati yang tulus
Dapat menggantikan dunia tanpa mentari
Ibu guruku…
Engkaulah Permaisuri pendidikan
Setiap rangkaian kata indah terlontar dari bibirmu
Adalah berlian sebagai bekal kami….
masih tergambar dalam ingatanku
ketika kau berdiri di depan kami
merangkai kata bersenandung ilmu…
sungguh merdu membahana dalam jiwa…
bapak guruku…
engkaulah panglima pendidikan….
Petarung tangguh menyampaikan ilmu….
Walaupun terkadang duka
Menyambut hatimu akan kenakalan kami…
Engkau tetap berdiri tegap tersenyum pada kami
Sungguh mulia hatimu…..
Guruku…..
Terima kasih kuucapkan akan ilmu yang tertuang darimu..
Jasamu tak akan kulupakan
Hingga di akhir hayatku………
Dalam gelap hening napas kehidupan
Engkau hadir memercikkan cahaya
Walaupun sesederhana cahaya lentera
Namun kasih dan ilmu yang tertuang
Dari hati yang tulus
Dapat menggantikan dunia tanpa mentari
Ibu guruku…
Engkaulah Permaisuri pendidikan
Setiap rangkaian kata indah terlontar dari bibirmu
Adalah berlian sebagai bekal kami….
masih tergambar dalam ingatanku
ketika kau berdiri di depan kami
merangkai kata bersenandung ilmu…
sungguh merdu membahana dalam jiwa…
bapak guruku…
engkaulah panglima pendidikan….
Petarung tangguh menyampaikan ilmu….
Walaupun terkadang duka
Menyambut hatimu akan kenakalan kami…
Engkau tetap berdiri tegap tersenyum pada kami
Sungguh mulia hatimu…..
Guruku…..
Terima kasih kuucapkan akan ilmu yang tertuang darimu..
Jasamu tak akan kulupakan
Hingga di akhir hayatku………
Di bawah teduh kolong negeriku
Indonesia…..
Kuberteriak memekik membelah antariksa
Di atas tanah negeriku yang kokoh
Kuberpijak berdiri tegap memandang ilalang
Menaruh kasih akan bangsa dan negaraku
Dalam sanubari terangkai sejuta kasih,
Rindu, bangga akan bangsa dan negeriku
Pelahir kemahadasyatan emosi jiwa
Penghalau tumbuhnya semangat patriot
Perangkai prestasi penanda bakti bagi nusa
Beragam watak, karakter,suku, dan bangsa
Itulah perhiasan bangsaku
Kami berbeda….
kami tak serupa bagai cermin
tetapi kami satu…
satu tujuan mulia….
Untuk Negara dan bangsaku
Di bawah sederhana cahaya lentera
Kumenatap masa depanku secerah mentari
Di bawah gubuk negeriku
Kuberjanji dalam hening ringkikan jangkrik
Membangun prestasi semegah istana
Untuk bangsa dan negeraku…
Terima kasih kuucapkan
Pada pemberi semangat patriot
Pembangun prestasi sebagai bakti
Untuk Bangsa dan negaraku….
Indonesia…..
Kuberteriak memekik membelah antariksa
Di atas tanah negeriku yang kokoh
Kuberpijak berdiri tegap memandang ilalang
Menaruh kasih akan bangsa dan negaraku
Dalam sanubari terangkai sejuta kasih,
Rindu, bangga akan bangsa dan negeriku
Pelahir kemahadasyatan emosi jiwa
Penghalau tumbuhnya semangat patriot
Perangkai prestasi penanda bakti bagi nusa
Beragam watak, karakter,suku, dan bangsa
Itulah perhiasan bangsaku
Kami berbeda….
kami tak serupa bagai cermin
tetapi kami satu…
satu tujuan mulia….
Untuk Negara dan bangsaku
Di bawah sederhana cahaya lentera
Kumenatap masa depanku secerah mentari
Di bawah gubuk negeriku
Kuberjanji dalam hening ringkikan jangkrik
Membangun prestasi semegah istana
Untuk bangsa dan negeraku…
Terima kasih kuucapkan
Pada pemberi semangat patriot
Pembangun prestasi sebagai bakti
Untuk Bangsa dan negaraku….
CERITA SEKOLAH
Dalam ruangan sederhana
Berdinding hijau muda
Pernahku berharap hari itu kan menimbah ilmu
Diantara barisan dan jejeran bangku sekolah
Pernah duduk berharap ilmu akan kekal
Dalam ingatan menjemput masa depan
Walau terkadang bosan dan kantuk menerjang
Pernah duduk memahami walaupun tak serius
Sesekali bercanda sambil bercakap
Mengganggu menjadi bumbu kala itu
Senyuman dan suara gurau
Menjadi penghangat musim hujan
Yang menerpa jiwa yang masih muda
Berharap hari esok kan menyapa dengan senyuman
Berdinding hijau muda
Pernahku berharap hari itu kan menimbah ilmu
Diantara barisan dan jejeran bangku sekolah
Pernah duduk berharap ilmu akan kekal
Dalam ingatan menjemput masa depan
Walau terkadang bosan dan kantuk menerjang
Pernah duduk memahami walaupun tak serius
Sesekali bercanda sambil bercakap
Mengganggu menjadi bumbu kala itu
Senyuman dan suara gurau
Menjadi penghangat musim hujan
Yang menerpa jiwa yang masih muda
Berharap hari esok kan menyapa dengan senyuman
KESAKSIAN ANAK TANGGA
Sembilan belas anak tangga sekolah
Pernah ku jamah dalam setahun
Mengarungi desah napas
Dan sesak jantung berdetak
Mengayunkan langkah mengarungi anak tangga
Berharap ilmu hari itu kan tertuang
Dalam kesaksian bisu dinding bercat putih
Pernah setiap hirupan hidup
Kumenyapa nirwana masa depan
Ketika lentingan bel bergeram
Populasi manusia bernyawa
Beradu menggeser langkah menuruni anak tangga
Berbaris di bawah pohon saksi hidup
Ada yang mendengar dengan hikmat
Ada yang bersenda gurau dibalik tong sampah
Ada yang bercakap dalam barisan
Dan ada pula diam termenung gigit jari
Namun itu hanya waktu itu
Karena kita kini harus dipisahkan
Dalam takdir dan ruang masa depan yang berbeda
Dan tiada lagi senda gurau, canda, cakap dan diam
Di bawah pohon dan tengah barisan
Karena hilang ditelan masa depan menjemput
Pernah ku jamah dalam setahun
Mengarungi desah napas
Dan sesak jantung berdetak
Mengayunkan langkah mengarungi anak tangga
Berharap ilmu hari itu kan tertuang
Dalam kesaksian bisu dinding bercat putih
Pernah setiap hirupan hidup
Kumenyapa nirwana masa depan
Ketika lentingan bel bergeram
Populasi manusia bernyawa
Beradu menggeser langkah menuruni anak tangga
Berbaris di bawah pohon saksi hidup
Ada yang mendengar dengan hikmat
Ada yang bersenda gurau dibalik tong sampah
Ada yang bercakap dalam barisan
Dan ada pula diam termenung gigit jari
Namun itu hanya waktu itu
Karena kita kini harus dipisahkan
Dalam takdir dan ruang masa depan yang berbeda
Dan tiada lagi senda gurau, canda, cakap dan diam
Di bawah pohon dan tengah barisan
Karena hilang ditelan masa depan menjemput
TUA DI SUDUT KELAS
Kugeser langkahku..
Menerjang anak tangga sekolah
Berdialog dalam batin menatap tua di sudut kelas
Bernapas dalam metamorfosa kehidupan
Yang mengantarkan jiwaku berpetualang
Memasuki sela memori otak
Memutus sejenak saraf sadar
Terbawaku ke dalam fatamorgana hidup
Bertanya akan kan matahari terus bersinar
Akan kah gerhana bulan kan kembali
Menemani langit tanpa bintang
Dalam kesaksian di bawah kolong langit
Menghirup atmosfer kehidupan
Di atas hangatnya lapisan pasir berumput
Membisu tak memberi jawaban
Karena hanya aku berdiri menatap tua di sudut kelas
Menerjang anak tangga sekolah
Berdialog dalam batin menatap tua di sudut kelas
Bernapas dalam metamorfosa kehidupan
Yang mengantarkan jiwaku berpetualang
Memasuki sela memori otak
Memutus sejenak saraf sadar
Terbawaku ke dalam fatamorgana hidup
Bertanya akan kan matahari terus bersinar
Akan kah gerhana bulan kan kembali
Menemani langit tanpa bintang
Dalam kesaksian di bawah kolong langit
Menghirup atmosfer kehidupan
Di atas hangatnya lapisan pasir berumput
Membisu tak memberi jawaban
Karena hanya aku berdiri menatap tua di sudut kelas
TULISAN
Dalam gaduh kupelintirkan khayalan
Akan mencari kata merangkai kalimat
Kerlingan angin menerbangkan debu
Dalam kelas yang kurindukan
Ocehan, keheningan tiap ingsan
Penutup luka dikala jiwa sepi
Jari- jariku belum juga menari di atas lembar putih
Belum sedikit pun tinta tergores
Kumulai menulis menyusun kata
Walaupun tak bermakna
Kumulai merangkai syair
Walaupun tak bernada pujangga
Kurasakan wangi kloropfil daun bersenandung
Dalam setiap hirupan oksigen
Terfilterisasi menembus ventilasi
Mengepakkan pepohonon ikut bersenandung
Tak seindah rangkain kata penyair berdialog
Menentramkan jiwa menghempas dunia khayal
Tulisan tangan tak berjejer rapi
Tak pula bernada romantis
Namun, inilah yang tercipta untukmu…..
Dalam gaduh kupelintirkan khayalan
Akan mencari kata merangkai kalimat
Kerlingan angin menerbangkan debu
Dalam kelas yang kurindukan
Ocehan, keheningan tiap ingsan
Penutup luka dikala jiwa sepi
Jari- jariku belum juga menari di atas lembar putih
Belum sedikit pun tinta tergores
Kumulai menulis menyusun kata
Walaupun tak bermakna
Kumulai merangkai syair
Walaupun tak bernada pujangga
Kurasakan wangi kloropfil daun bersenandung
Dalam setiap hirupan oksigen
Terfilterisasi menembus ventilasi
Mengepakkan pepohonon ikut bersenandung
Tak seindah rangkain kata penyair berdialog
Menentramkan jiwa menghempas dunia khayal
Tulisan tangan tak berjejer rapi
Tak pula bernada romantis
Namun, inilah yang tercipta untukmu…..
SECARIK KERTAS DALAM SELIPAN SAMPUL HITAM
Sampul hitam motif polkadot merah
Terhiaskan mawar merah hitam mengering
Di sudut kanan sampul
Nampak kusam berdebu tak banyak arti
Lembaran- lembaran kusam berwarna putih
Menari-nari dibisik angin dalam pandanganku
Mengantarkan lamunanku dalam dunia mimpi
Menggetarkan pijakan kuberdiri
Di atas lembaran- lembaran kusam
Berjejer kata syahdu ,indah, air mata berkalimat kehidupan
Tulisan tangan tak rapi seolah bercerita masa penjajahan
Percintaan, dan harapan.
Tersungkur aku berlinang air langit
Diantara lembaran-lembaran kusam
Terselip secarik kertas merah muda
Bermotif anyalir dan ilalang
Terbalut selembar surat berwarna biru
Tertulis namaku sebagai penyihir hidup
Terangkai pita berwarna putih di sudut kanan kertas
Memberikan arti hanya aku mengerti
Sampul hitam motif polkadot merah
Dia teman hidup di waktu dunia tertidur
Dia yang sesungguhnya pujangga
Pelukis namaku sebagai penyihir hidup
Secarik kertas dalam selipan sampul hitam
Dia kenangan yang terlupakan….
Sampul hitam motif polkadot merah
Terhiaskan mawar merah hitam mengering
Di sudut kanan sampul
Nampak kusam berdebu tak banyak arti
Lembaran- lembaran kusam berwarna putih
Menari-nari dibisik angin dalam pandanganku
Mengantarkan lamunanku dalam dunia mimpi
Menggetarkan pijakan kuberdiri
Di atas lembaran- lembaran kusam
Berjejer kata syahdu ,indah, air mata berkalimat kehidupan
Tulisan tangan tak rapi seolah bercerita masa penjajahan
Percintaan, dan harapan.
Tersungkur aku berlinang air langit
Diantara lembaran-lembaran kusam
Terselip secarik kertas merah muda
Bermotif anyalir dan ilalang
Terbalut selembar surat berwarna biru
Tertulis namaku sebagai penyihir hidup
Terangkai pita berwarna putih di sudut kanan kertas
Memberikan arti hanya aku mengerti
Sampul hitam motif polkadot merah
Dia teman hidup di waktu dunia tertidur
Dia yang sesungguhnya pujangga
Pelukis namaku sebagai penyihir hidup
Secarik kertas dalam selipan sampul hitam
Dia kenangan yang terlupakan….
Langganan:
Postingan (Atom)